Tiga Pertunjukan Seni Budaya Bali Yang Jarang Dilihat Wisatawan

Pulau Dewata tidak pernah kehilangan magnetnya sehingga nyaris siapa saja tergoda untuk berkunjung. Walhasil Bali dan warganya yang masih kental memegang teguh budaya dan tradisi milik mereka, harus menerima dengan tangan terbuka datangnya jutaan wisatawan domestik maupun mancanegara. Di tengah budayanya yang indah, unik, eksotis dan beragam, banyak yang telah mengakrabi pertunjukan seni budayanya seperti misalnya pertunjukan Tari Kecak, Tari Barong Calonarang, atau Pertunjukan Seni Ramayana. Tetapi masih banyak juga seni pertunjukan yang nyatanya jarang diketahui atau ditonton oleh wisatawan atau turis. Apa saja ya? Simak yuk, tiga pertunjukan seni budaya Bali yang jarang disaksikan wisatawan.

Arja dan Arja Muani

article image

Image source : duwimertiana.blogspot.com

Pertama datang dari pertunjukan seni yang dikenal dengan nama Arja Muani. Sebenarnya Arja yang berarti keindahan, merupakan seni drama klasik yang dimasa lalu dipentaskan untuk menghibur para raja Bali. Arja diperkirakan mulai muncul pada 1820-an pada masa pemerintahan Raja Klungkung, I Dewa Agung Sakti. Para pelakon Arja tidak hanya dituntut untuk mampu berakting, namun juga melantunkan tembang dan menari. Lakon yang dimainkan didominasi oleh cerita rakyat dan juga kisah heroik klasik. Dapat dikatakan Arja merupakan drama musikal ala Bali.

Arja Muani merupakan bagian dari jenis seni pertunjukan Arja yang lahir pada menjelang akhir abad ke-20, hanya saja ia memiliki keunikan tersendiri. Arja Muani dalam bahas Bali berarti Arja laki-laki. Hal ini berarti seluruh pemain dalam lakon Arja Muani terdiri dari laki-laki, meskipun terdapat tokoh perempuan dalam cerita yang dibawakan. Justru keunikan inilah yang menjadi daya tarik Arja Muani. Tingkah pola pemeran yang jenaka saat memerankan tokoh perempuan, membuat Arja Muani masih bertahan hingga saat ini. Seni pertunjukan satu ini dapat digolongkan sebagai hasil inovasi dari kelompok seniman Arja, dan pada umumnya memiliki genre drama komedi dalam kebanyakan lakon yang dibawakan.

Sumber lakon Arja yang paling utama adalah cerita Panji atau Malat. Dari sini kemudian lahirlah sejumlah kisah seperti misalnya Bandasura, Pakang Raras, Linggar Petak, I Godogan, Cipta Kelengen, Made Umbara, Cilinaya serta Dempu Awang, yang merupakan cerita yang dikenal luas oleh masyarakat Bali khususnya. Lakon yang lebih umum dan mungkin sudah kamu tahu juga mereka lakonkan, di antaranya lakon yang terinspirasi dari kisah Mahabhrata atau Ramayana.

Gambuh

article image

Image source : balipost.com

Berbeda dengan Arja atau Arja Muani yang memuat komedi dan cerita yang tidak terlalu berat, Gambuh tidak terlalu banyak diminati dikarenakan selain menggunakan bahasa yang sulit dimengerti, juga mengusung lakon dengan kisah yang cenderung berat. Gambuh merupakan teater drama tari Bali yang dianggap paling tinggi mutunya serta merupakan drama tari klasik Bali yang paling kaya dengan segala gerak tari, sehingga seni pertunjukan ini dianggap sebagai sumber dari segala jenis tari klasik Bali.

Bahasa yang digunakan mayoritas adalah bahasa kawi, sehingga kamu akan bisa menemui pertunjukan Gambuh pada upacara agama di Bali.
Diperkirakan Gambuh muncul sekitar abad ke-15 dengan lakon yang bersumber pada cerita Panji. Gambuh merupakan teater lokal dikarenakan di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, drama, tari, seni rupa, sastra dan lainnya. Seni pertunjukan satu ini dipentaskan dalam upacara-upacara Dewa Yadnya seperti odalan, upacara Manusia Yadnya seperti saat pernikahan keluarga bangsawan, upacara Pitra Yadnya atau Ngaben dan lain sebagainya.

Drama Gong

article image

Image source : nusabali.com

Sedikit bertolak belakang dari Gambuh, seni pertunjukan satu ini dapat dikatakan sebagai seni drama yang lebih modern. Meskipun masih memakai pakaian tradisional Bali, para pelakonnya akan membawakan cerita rakyat yang dikemas secara modern. Dengan dibumbui naskah penuh jenaka, para aktornya kerap menyelipkan kritik terhadap berbagai masalah kekinian, membawa isu-isu bersifat sosial-humaniora terkini yang dikemas secara jenaka. Musik yang mengiringi pertunjukan ini juga merupakan perpaduan antara gamelan dengan musik modern seperti misalnya keyboard dan gitar.
Drama Gong ditampilkan hanya sebagai hiburan saja, dan tidak memiliki motif spiritual atau religius.

Narasi dari seni pertunjukan ini pada umumnya adalah legenda atau cerita rakyat Bali seperti Jayaprana dan Layonsari, Panji Malat, Sampik Ingtai, atau yang lainnya. Nama Drama Gong diberikan karena pada tiap pertunjukannya gerak para pelakon serta peralihan suasana dramatik, diiringi oleh gamelan gong gebyar. Secara umum seni pertunjukan ini memiliki persamaan dengan pertunjukan drama pada daerah lain di Indonesia seperti misalnya Ludruk atau Ketoprak. Namun sayangnya regenerasi Drama Gong dianggap sukar. Dikarenakan peminat yang datang dari anak muda terbilang sedikit, para pelakon seni satu ini didominasi oleh kaum tua.

Jangan lupa saat berpergian pastikan kamu memiliki gembok khusus untuk koper dan tas.

Gembok Koper Dan Tas

article image

Beli Sekarang


Dari tiga pertunjukan yang sudah dikemukakan tadi, apakah ada di antaranya yang sudah kamu tonton? Kalau sudah berarti kamu satu di antara sedikit turis yang menonton pertunjukan seni budaya ini. Eksplor seni budaya Bali dan tempat-tempat unik di Bali yang lain yuk, sehingga pengetahuanmu tentang Bali lebih luas dan lebih banyak daripada wisatawan yang lain.

Temukan artikel tentang Bali lainnya untuk rekomendasi liburan kamu di Pulau Dewata.

Articles

Setelah menikmati berbagai budaya Bali tidak ada salahnya santai sejenak ke beberapa mall rekomendasi Gotomalls yang ada di Bali. Siapa tahu kamu bisa mendapatkan ), promo, diskon, kupon menarik dari restoran favorit kamu.

Products

Malls

featured image source: pixabay/Gijsvanbilsen