Sejarah Singkat Penerbangan Indonesia

Meskipun lebih populer sebagai negara maritim, tak banyak yang tahu bahwa Indonesia juga merupakan satu-satunya negara Asia yang membangun kedirgantaraannya sedari awal kemerdekaan.

Bahkan, beberapa sumber juga menyebutkan riwayat penerbangan Indonesia sudah dimulai lebih awal dari itu, yakni sejak tahun 1924. Pasca kemerdekaan, seluruh aset dan fasilitas milik Belanda mulai diambil alih. Saat itulah fasilitas penerbangan dikuasai oleh Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara (TRI AU).

Awal Mula Industri Penerbangan

article image

Image source: Airplane Scale Modelkit

Industri penerbangan Tanah Air bermula dengan dibentuknya Biro Rencana dan Konstruksi di bawah pimpinan Opsir Udara III Wiweko Supono.

Biro ini membuat inovasi pesawat yang cukup menarik perhatian, yaitu pesawat layang jenis Glider Zogling yang kemudian dinamai NWG-1. Nama tersebut diambil berdasarkan pembuatnya; Opsir Muda Udara II Nurtanio yang diawasi oleh Wiweko.

Selanjutnya, pada periode 1950an, aktivitas kedirgantaraan Indonesia difasilitasi dalam Seksi Percobaan yang dilanjutkan dengan Depot Penyelidikan, Percobaan dan Pembuatan Pesawat Terbang. Seksi ini dikepalai langsung oleh Nurtanio.

Seksi ini terkenal berkat eksperimen-eksperimen pesawat yang dinamai istilah khas Indonesia, seperti Si Kumbang, Si Belalang 85, Belalang 89, dan Si Kunang 25. Ada pula dua jenis helikopter yang diproduksi, yaitu Si Manyang dan Kolentang.

Pembentukan LAPIP

article image

Image source: Intisari Online

Kedirgantaraan Indonesia menapaki babak baru setelah pembentukan Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP) tahun 1960 di bawah pemerintahan Presiden Soekarno. Lembaga ini bekerja sama dengan negara-negara Eropa Timur seperti Polandia dan Cekoslovakia untuk mendorong kemajuan teknologi penerbangan.

Ada banyak pesawat yang diproduksi, sebagian besar berupa pesawat ringan serbaguna, diantaranya Gelatik (44 unit), pesawat latih AU berjenis Belalang 90 (8 unit), pesawat olahraga jenis Kunang 25 (3 unit).

Gelatik menjadi yang paling populer karena fungsinya yang serba guna, ia bisa berperan sebagai pesawat pertanian pemberantas hama, angkutan udara untuk daerah terpencil, hingga pesawat ambulans.

Pada tahun 1966, LAPIP berubah nama menjadi Lembaga Industri Pesawat Terbang Nurtanio (LIPNUR) sebagai penghargaan atas jasa Nurtanio dalam industri penerbangan. Sayangnya, beliau menjadi korban kecelakaan saat terlibat uji coba pesawat Super Aero-45 buatan Yugoslavia pada 21 Maret di tahun tersebut.

Komersialiasi Penerbangan Indonesia

article image

Image source: Kompaspedia - Kompas.id

Sejarah penerbangan Indonesia terus berlanjut di era Orde Baru, saat dimana industri penerbangan Indonesia mulai dipersiapkan untuk komersialisasi. LAPIP juga kembali berganti nama menjadi PT Industri Pesawat Terbang (IPT) Nurtanio pada tahun 1976.

Dalam periode ini helikopter buatan IPT Nurtanio menjadi produk unggulan, seperti BO-105, Puma, dan Super Puma. Beberapa pesawat penumpang sipil yang diproduksi antara lain C-212 Aviocar dan CN-235.

Selanjutnya, tahun 1985 IPT Nurtanio disempurnakan menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Pada saat itulah BJ Habibie ditunjuk sebagai direktur utama IPTN, yang kemudian menjadi tokoh penting dalam sejarah industri penerbangan Indonesia.

Sekitar periode 1990-an, industri penerbangan Indonesia mencapai tonggak kejayaannya. IPTN berhasil memproduksi pesawat N-250 karya BJ Habibie. Pesawat ini menjadi kebangaan Indonesia, bahkan diminati pula negara lain.

Tatkala Indonesia hendak memulai program pesawat jet, krisis moneter melanda, menyebabkan pembiayaan untuk IPTN terputus. Dampaknya, industri penerbangan Indonesia terpuruk dan baru bangkit belakangan ini dengan identitas baru bernama PT Dirgantara Indonesia.

Simak juga update info dan tips menarik lainnya dari Gotomalls.com, direktori shopping terbesar di Indonesia yang menyediakan informasi terlengkap seputar promo, diskon, voucher belanja, dan berbagai penawaran menarik di pusat perbelanjaan terdekat di kotamu!

Malls

Articles

Featured image source: Republika.co.id