Pendidikan Antikorupsi Sejak Dini

Kian hari kasus maling uang rakyat tidak juga kunjung surut. Selalu saja ada kasus-kasus baru menyeruak ke permukaan. Perilaku menyalahgunakan wewenang seperti ini sudah menjadi penyakit terstruktur yang menjangkit di semua level dengan aneka ragam motif, modus, dan kompleksitas.

Penyakit ini tidak cukup hanya dengan diberantas saja, diperlukan juga upaya sistematis untuk melumpuhkan "virus-virusnya" agar tidak berkembang lebih jauh.

Oleh karenanya, upaya pencegahan ini perlu melibatkan generasi yang lebih muda, utamanya anak-anak di bangku sekolah.

Upaya semacam itu sebetulnya sudah diinisiasi sejak lama, pemerintah berupaya memasukan ‘doktrin’ antikorusi disekolah sejak tahun 2004 lewat Instruksi Presiden No 5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.

Dari kurikulum tahun 2006 hingga 2013 yang sekarang diimplementasikan, peserta didik sudah diarahkan ke dalam pendidikan antikorupsi. Ironisnya, sampai hari ini perilaku korup masih lumrah dijumpai dimana-mana.

Dibutuhkan Peran Aktif Orang Tua

Dari sini kita semua bisa bersepakat bahwa kita tidak bisa bergantung sepenuhnya pada institusi pendidikan. Karakter antikorupsi akan tercipta jika orang tua, yang memegang kendali atas tumbuh kembang anak, turut berpartisipasi memberikan pemahaman dan pendidikan antikorupsi.

Dengan memberikan pendidikan antikorupsi sejak dini, orang tua bisa membantu meningkatkan nilai moral anak, menanamkan pemahaman bahwa korupsi adalah perbuatan haram dan tercela yang harus dihindari tanpa toleransi.

Berikut tips untuk menerapkan karakter anti korupsi sejak dini pada anak:

1. Ajarkan Tentang Pentingnya Kejujuran

article image

Image source: Business Insider

Katakan kepada anak betapa pentingnya mengatakan hal yang sebenarnya–meskipun ketika dalam masa sulit. Kejujuran berkaitan erat dengan sifat antikorupsi.

Dotty Rahmatiasih dari Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menyebutkan bahwa kejujuran adalah hal utama untuk mencegah perilaku korupsi.

“Jujur ialah sikap utama yang kami kenalkan kepada anak-anak. Sifat ini mencegah adanya korupsi,” kata Dotty, melansir Media Indonesia.

2. Mengenalkan Konsekuensi Kejujuran

article image

Image source: goodtherapy.org

Bagi anak-anak yang masih berusia antara 6-7 tahun bisa ditekankan untuk menyampaikan apa yang benar dan salah secara jelas dan konkrit. Maksudnya, ajarkan anak untuk berbicara apa adanya.

Jika anak sudah menunjukan sikap seperti itu, orang tua perlu memberi penguatan, misalnya dengan apresiasi berupa hadiah atau pujian.

Sebaliknya, jika anak berbohong, maka perlu ditegaskan bahwa itu salah dan tidak boleh dilakukan. Orang tua juga harus menekankan kerugian-kerugian yang mungkin dialami anak jika bersikap tidak jujur.

Sekalipun kejujurannya bukan hal baik, orang tua harus tetap memberikan apresiasi. Hal ini akan menunjukkan pada anak bahwa sikap jujur akan membuatnya merasa tenang dan terbebas dari masalah.

3. Menanamkan Sifat Keadilan

article image

Image source: The Independent

Ajarkan juga konsep keadilan sesuai usia anak. Tanamkan nilai pemahaman bahwa setiap orang punya hak dan kewajiban yang sama dan harus diperlakukan dengan setara, tidak boleh pandang bulu.

Dalam nilai-nilai keadilan anak diharapkan mampu memahami, bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, segala sesuatunya harus berlangsung secara adil.

Meskipun seseorang adalah keluarga, sahabat, atau bahkan orang asing sekalipun, semuanya punya hak dan kewajiban yang sama.

Untuk mendapatkan info dan tips menarik lainnya, simak terus update artikel terbaru dari Gotomalls.com, platform direktori shopping terbesar di Indonesia yang menyediakan informasi terlengkap seputar promo, diskon, voucher belanja, dan berbagai penawaran menarik di pusat perbelanjaan terdekat di kotamu!

Malls

Articles

Featured image source: blog.ipleaders.in