Ogoh-Ogoh, Patung Raksasa yang Diarak Sehari Sebelum Nyepi

Umat Hindu di Indonesia merayakan Nyepi satu tahun sekali. Hari raya Nyepi merupakan pergantian tahun Saka dan selama sehari penuh umat Hindu harus melakukan tapa brata penyepian. Nah, sehari sebelum tahun Saka atau saat pengrupukan, umumnya umat Hindu di Bali dan di beberapa daerah lainnya di Indonesia melakukan perayaan dengan pawai ogoh-ogoh.

Pawai ogoh-ogoh ini tidak hanya dinikmati oleh warga lokal tetapi juga oleh turis mancanegara. Pawai ogoh-ogoh merupakan bentuk kreativitas anak muda Bali yang menjadi suguhan menarik bagi para wisatawan. Hari pengrupukan pun tidak akan dilewatkan begitu saja dan masyarakat akan memadati jalan utama untuk menonton arak-arakan patung raksasa menyeramkan ini.

Buat kamu yang belum pernah menonton pawai ogoh-ogoh mungkin penasaran dengan kearifan lokal daerah Bali yang satu ini. Supaya kamu lebih kenal dengan ogoh-ogoh, yuk simak ulasan berikut ini tentang ogoh-ogoh yang selalu mencuri perhatian.

Asal Nama Ogoh-Ogoh

article image

Image source: balitribune.co.id

Patung raksasa dengan wujud menyeramkan ini dinamakan ogoh-ogoh karena diarak dengan cara menggoyang-goyangkan patung tersebut. Dalam bahasa Bali, gerakan digoyang-goyang ini disebut dengan ogah-ogah. Itulah sebabnya orang Bali menyebut patung raksasa ini dengan nama ogoh-ogoh.

Ketika diarak, sekilas terlihat ogoh-ogoh mirip seperti ondel-ondel di Jakarta. Ada kalanya ogoh-ogoh diarak dengan gerakan berputar sebanyak tiga kali, terutama ketika melalui perempatan jalan. Umumnya masyarakat senang menonton ogoh-ogoh di sekitar perempatan jalan karena atraksi tersebut.

Ogoh-Ogoh Simbol Bhuta Kala

article image

Image source: homesweethome.travel

Pawai ogoh-ogoh di hari pengrupukan atau sehari sebelum hari raya Nyepi memang kerap menampilkan patung raksasa berwajah seram. Ada maksud kenapa ogoh-ogoh dibuat dengan visual menyeramkan. Hal itu dikarenakan ogoh-ogoh merupakan representasi dari Bhuta Kala.

Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok jahat dengan penampilan seram dalam kepercayaan Hindu. Nah, pawai ogoh-ogoh ini dilakukan untuk menghancurkan unsur negatif yang ditimbulkan oleh Bhuta Kala tersebut. Ogoh-ogoh pun lalu diarak mengelilingi desa karena dipercaya roh-roh jahat akan masuk ke dalam ogoh-ogoh untuk kemudian dimusnahkan dengan api.

Ogoh-ogoh juga digambarkan sebagai cerminan sifat buruk manusia, seperti rasa iri hati, dengki dan sombong. Penggambaran sifat buruk manusia itulah yang membuat wujud ogoh-ogoh menjadi menyeramkan. Masyarakat percaya bahwa bila kita ingin mengusir atau meleburkan hal yang jahat dan buruk, maka kita juga harus menggunakan perwujudan yang seram pula untuk melenyapkannya.

Proses Pembuatan yang Rumit

article image

Image source: sociviews.com

Untuk membuat ogoh-ogoh dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Ogoh-ogoh pada akhirnya memang akan dibakar setelah diarak, tetapi bukan berarti ogoh-ogoh dibuat semaunya. Di sinilah kreativitas anak muda Bali dalam seka teruna-teruni (karang taruna) atau STT diuji untuk merancang ogoh-ogoh yang bernilai seni tinggi.

Penentuan desain ogoh-ogoh umumnya melalui diskusi disertai dengan adanya keinginan untuk membuat wujud ogoh-ogoh yang berbeda dari tahun ke tahun. Selain itu, anak-anak STT biasanya juga akan mempertimbangkan makna yang tersirat dan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap desain ogoh-ogoh yang diangkat.

Tidak heran apabila proses pembuatan ogoh-ogoh sudah dimulai sejak pertengahan bulan Januari dan memakan waktu berminggu-minggu. Apalagi di beberapa daerah seperti di Denpasar, pawai ogoh-ogoh juga dilombakan sehingga pembuatan ogoh-ogoh pun menjadi makin serius.

Tidak hanya itu, STT yang mengikuti lomba biasanya juga akan menyiapkan performance seni berupa gamelan dan tarian yang atraktif untuk mengiringi pawai ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh umumnya dibuat dari bahan bambu dan kertas. Ada pula yang masih menggunakan sterofoam atau bahan yang lebih ringan sehingga ogoh-ogoh tidak terlalu berat ketika diarak. Intinya ogoh-ogoh harus dibuat dari bahan yang mudah terbakar.

Diarak saat Sandikala

article image

Image source: bali.idntimes.com

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa pawai ogoh-ogoh dilangsungkan saat hari pengrupukan atau sehari sebelum hari raya Nyepi. Namun kamu tidak akan melihat pawai ogoh-ogoh saat pagi atau siang hari. Waktu pengarakan ogoh-ogoh tidak boleh sembarangan dan umumnya dilakukan saat sandikala yakni sekitar pukul 18.00 sampai 19.00.

Sandikala merupakan waktu peralihan dari sore ke malam hari. Waktu sandikala dianggap sebagai waktu yang angker karena menurut kepercayaan pada tenggat waktu inilah para Bhuta Kala atau makhluk-makhluk menyeramkan tengah berkeliaran. Maka dari itu ogoh-ogoh diarak saat sandikala agar Bhuta Kala yang tengah berkeliaran bisa masuk ke dalam ogoh-ogoh.

Ritual Pembakaran Ogoh-Ogoh

article image

Image source: goodnewsfromindonesia.id

Setelah diarak mengelilingi desa, ogoh-ogoh akan dibakar di setra (kuburan) desa setempat. Pembakaran ogoh-ogoh ini memiliki makna membakar sifat buruk manusia. Ritual pembakaran ogoh-ogoh juga merupakan cerminan bagi manusia bahwa hendaknya kita juga membakar sifat buruk yang ada pada diri kita.

Dalam ritual pembakaran ini, tidak hanya ogoh-ogoh saja yang dibakar tetapi juga alat-alat yang digunakan untuk membuatnya. Menurut kepercayaan, sisi negatif dari ogoh-ogoh masih menempel pada peralatan yang dipakai.

Di saat inilah kita sebagai manusia melakukan introspeksi diri untuk menghapus keburukan di dalam diri. Di saat ini pula kita hendaknya bertekad untuk tidak mengulangi tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain di kemudian hari. Diharapkan di tahun yang baru kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Wujud Ogoh-Ogoh yang Sering Ditampilkan

article image

Image source: pinterest.com

Ogoh-ogoh umumnya digambarkan sebagai sosok besar dan menakutkan dalam wujud raksasa. Ogoh-ogoh dalam wujud raksasa ini sering dibuat menyerupai makhluk-makhluk yang hidup di mayapada, surga dan neraka. Sebagai contoh, ada ogoh-ogoh berwujud naga, celuluk, tokoh-tokoh dalam pewayangan seperti Rahwana, Kumbakarna dan lain-lain.

Bahkan seiring dengan perkembangan zaman, ada pula yang membuat ogoh-ogoh menyerupai tokoh pemimpin, artis atau orang terkenal yang sebagai bentuk sindiran. Sebagai contoh, ada kreasi ogoh-ogoh yang digambarkan sebagai pejabat yang korupsi sebagai simbol sifat rakus dan tamak manusia.

Baca juga artikel lainnya tentang budaya dan tradisi yang ada di Bali:

Articles


Nah itulah beberapa fakta menarik tentang ogoh-ogoh yang diarak sehari sebelum perayaan Nyepi. Namun untuk tahun ini ogoh-ogoh tidak akan diarak tapi kamu tetap bisa melihat hasil karya seni di banjar terdekat. Yang terpenting jaga jarak satu sama lain untuk menghindari terpapar virus corona dan membersihkan diri setelah tiba di rumah. Ikuti terus perkembangan informasi lainnya hanya di Gotomalls.com.

Malls

featured image source: travelingyuk.com