Akibat Invasi Rusia ke Ukraina untuk Indonesia

Pertempuran yang dipicu invasi Rusia ke Ukraina telah berlangsung selama beberapa pekan. Hingga kini, konflik tersebut belum juga menunjukan titik terang. Dampaknya sudah mulai terasa bukan hanya di kawasan Eropa Timur, melainkan dunia global, termasuk juga Indonesia.

Peristiwa ini membuat proses pemulihan ekonomi pasca pandemi menjadi tak menentu. Kita bisa melihat akhir-akhir ini harga komoditas melambung tinggi. Misalnya saja harga batu bara yang semula berkisar di angka US$80 per metrik ton (MT), kini merangkak hingga US$400.

Selain itu, beberapa dampak ini juga berpotensi dialami Indonesia akibat invasi Rusia ke Ukraina:

1. Nilai Tukar Rupiah Menurun

article image

Image source: vibiznews.com

Melansir laporan Kompas (2/3/2022), menurut pengamatan Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM), Eddy Junarsin, invasi Rusia ke Ukraina bisa memberi dampak serius bagi Indonesia.

Eddy menjelaskan bahwa dampak perang akan mempengaruhi aliran uang di Indonesia. Ada kemungkinan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menurun jika konflik tersebut berlangsung berlarut-larut.

"Jadi kemungkinan jika perang berlarut-larut, ya mata uang rupiah akan terdepresiasi terhadap dollar AS," kata Eddy.

"Jadi nilai tukar rupiah yang melemah sekarang bukan karena kinerja rupiah yang buruk, melainkan karena dampak perang yang terjadi," jelasnya.

Dalam kondisi demikiaan, orang-orang akan mencari tempat aman untuk berinvestasi. Orang akan cenderung memilih aset yang bersifat save heaven seperti emas dan dollar AS. Dengan demikian, harga emas kemungkinan akan mengalami kenaikan.

2. Kenaikan Komoditas Gandum Impor

article image

Image source: ekbis.sindonews.com

Beberapa waktu lalu sempat marak isu kenaikan harga mie instan dan roti di Indonesia sebagai dampak akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Isu ini berkaitan dengan status Ukraina sebagai salah satu pengekspor gandum terbesar, yang menjadi bahan dasar mie dan roti. Indonesia sendiri mengimpor gandum dari Ukraina.

Kenaikan harga tersebut juga muncul akibat pasokan gandum yang tertahan di pelabuhan akibat ketegangan di beberapa area jalur distribusi.

Nilai impor gandum Indonesia terbilang tinggi, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Ukraina merupakan pengimpor gandum nomor satu di Indonesia. Pada 2020, total impor gandum Indonesia terhitung sebanyak 10,299 juta ton.

"Ini yang perlu diantisipasi. Beberapa produk makanan kita cukup bergantung dari gandum. Jadi bisa mempengaruhi harga jual misalnya mi instan, ataupun roti, dan produk gandum turunan lainnya," ungkap Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies (Celios), Bhima Yudhistira, melansir Kompas (27/2/2022).

3. Kenaikan Harga Minyak Dalam Negeri

article image

Image source: infopublik.id

Akibat invasi Rusia ke Ukraina, harga minyak di dalam negeri juga mengalami kenaikan. Sebelumnya, harga minyak mentah dunia melonjak dan sempat menyentuh level tertinggi hingga US$105 per barel. Itu membuat harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) juga mengalami kenaikan.

Per 24 Februari 2022 lalu misalnya, ICP terhitung seharga US$95,45 per barel. Angka ini cukup jauh dari asumsi ICP pada APBN tahun 2022, yaitu US$63 per barel.

Kenaikan ICP bisa membuat harga BBM meningkat. Setiap kenaikan US$1 per barelnya akan menyebabkan kenaikan subsidi LPG sekitar Rp1,47 triliun, subsidi minyak tanah sekitar Rp49 miliar, dan beban kompensasi BBM di atas Rp2,65 triliun.

4. Potensi Perlambatan Ekonomi

article image

Image source: edweek.org

Pakar ekonomi politik internasional dari Universitas Indonesia, Shofwan Al-Banna Choiruzzad, menjelaskan bahwa meskipun perdagangan langsung antara Indonesia dengan Rusia atau Ukraina relatif terbatas, bukan berarti dampak dari perang tidak akan terasa. Salah satu dampak yang mungkin terjadi adalah potensi perlambatan ekonomi.

“Perang Rusia-Ukraina jelas memberikan dampak sistemik pada ekonomi global yang bahkan sebelum konflik outlook-nya (prospek) pun tidak terlalu menggembirakan karena pandemi COVID-19,” kata Shofwan, melansir The Conversation (10/3/2022).

“Ekonomi dunia yang masih tertatih karena pandemi akan semakin melambat, dan itu tentu berdampak pada Indonesia.”

International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan bahwa pertumbuhan global akan melambat dari 5,9% pada 2021 menjadi 4,4% pada 2022. Di samping pandemi, angka ini mencerminkan penurunan kondisi di dua kubu ekonomi terbesar dunia: Amerika Serikat dan Cina.

Sementara itu, awal tahun ini IMF telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022. Prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5,6% atau lebih rendah 0,3% poin dari perkiraan sebelumnya di angka 5,9%.

5. Mengganggu Keberlangsungan Presidensi G20

article image

Image source: g20.org

Seperti yang kita ketahui, tahun ini Indonesia dipercaya memimpin pertemuan G20. Masih menurut Shofwan, keberlangsungan pertemuan terrsebut mungkin akan terganggu.

Rencana pemanfaatan presidensi G20 Indonesia untuk mendorong pembangunan dan pemulihan ekonomi akibat pandemi mungkin akan terganggu akibat potensi tensi diskusi, mengingat forum ini melibatkan Rusia sekaligus negara-negara anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO).

Negara-negara anggota NATO yang juga tergabung sebagai anggota G20 antara lain adalah AS, Jerman, Italia, Prancis, Kanada, dan Inggris.

Untuk mendapatkan info dan tips menarik lainnya, simak terus update artikel terbaru dari Gotomalls.com, platform direktori shopping terbesar di Indonesia yang menyediakan informasi terlengkap seputar promo, diskon, voucher belanja, dan berbagai penawaran menarik di pusat perbelanjaan terdekat di kotamu!

Malls

Articles

Featured image source: bbc.com